Kamis, 17 Maret 2011

Bom yang akan dikirimkan kerumah Dhani dikawathirkan Maia Estianti

Maia Estianty Kaget Rumah Dhani Dikirimi Bom
Maia tetap khawatir dengan kondisi mental anak-anaknya itu.
Jum'at, 18 Maret 2011, 00:27 WIB

Mantan istri
Ahmad Dhani, Maia Estianty, kaget terkejut atas teror bom yang dikirim ke rumah mantan suaminya, Ahmad Dhani.

Namun ia cukup lega karena anak-anak, Al, El dan Dul, termasuk Dhani baik-baik saja.

"Tadinya aku sedang bekerja, tiba-tiba dikabarin ada bom di situ. Ada mantan suami dan tiga jantung hati saya di situ. Aku kaget banget, aku coba kontak anak-anak, Alhamdulilah saat itu mereka sedang sekolah. Tapi aku sangat prihatin ada teror bom,'' katanya saat ditemui di rumahnya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2011.

Kabar buruk ini mengusik hati Maia untuk memboyong putra-putranya ke rumahnya. Akan tetapi, niat itu ia urungkan karena anak-anaknya mengaku tidak apa-apa. Selain itu, ia juga tidak mau terus bersitegang dengan mantan suaminya itu.

"Sempat kepikiran untuk mengajak anak-anak pindah ke rumah bunda. Cuma mereka tadi bilang aman-aman saja, ya sudah Alhamdulilah," ujarnya bersyukur.

Meskipun tidak terjadi sesuatu yang buruk, Maia tetap khawatir dengan kondisi mental anak-anaknya itu. Bagaimanapun, bom bukanlah sesuatu yang biasa saja. Itu sangat berbahaya.

"Saya cuma bisa berdoa, mantan suami dan anak-anakku nggak kenapa-kenapa. Karena ini bisa berimbas ke mental ya. Mudah-mudahan nggak ada lagi teror seperti ini," harapnya.

Menurutnya, kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi dirinya dan Dhani dalam konteks menjaga keselamatan buah hati mereka. Terkait hal-hal yang dilakukan Dhani, seperti memasang simbol simbol tertentu, Maia melihat itu hanyalah dalam kapasitasnya sebagai seorang musisi. Pentolan 'Dua Maia' ini sama sekali tidak setuju bila dikatakan Dhani adalah pembela Yahudi. Semua hanyalah sebatas usaha Dhani dalam mengimplementasikan 'imaginasi' musiknya.

"Orang tidak terlalu kenal mantan suami aku, jangan sampe menuduh tanpa bukti. Yang jelas mereka nggak ngerti apa-apa. Jangan Mas Dhani dituduh aneh-aneh."


Ahmad Dhani: Saya Agen Yahudi, Itu Fitnah
"Ada video-video yang menyebut saya adalah agen Yahudi. Saya dibilang orang kafir."
Kamis, 17 Maret 2011, 17:02 WIB

Pentolan grup musik Dewa 19, Ahmad Dhani, menyatakan si pengirim paket buku-bom berjudul 'Yahudi Militan' itu sekadar termakan gosip.

"Saya agen Yahudi, itu fitnah. Saya agen produk kopi," kata Ahmad Dhani di Kantor Republik Manajemen Cinta, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis, 17 Maret 2011.

Dhani mengaku sejak tahun 2006 banyak beredar video dan buku yang menuding dirinya Yahudi. Dia pun mengatakan bakal melaporkan pihak-pihak yang selama ini terang-terangan menuding dia seperti itu.

"Ada video-video yang menyebut saya adalah agen yahudi. Saya dibilang orang kafir, orang sesat, orang paling berbahaya di Indonesia," ujar dia.

Sejak itu Dhani mengaku masih bersabar dan mencoba menahan diri. Tapi setelah dikirimi paket buku-bom, Dhani akan menyikapinya secara lebih serius.


"Saya masih sabar. Tapi itu sangat berbahaya, apalagi sekarang kaitannya dengan bom ini," ujar mantan suami penyanyi Maia Estianty ini.

Bom yang dikirimkan untuk Dhani dikemas dalam buku berjudul 'Yahudi Militan.' Paket itu diledakkan Tim Gegana Polda Metro Jaya siang tadi. Ini merupakan paket bom keempat yang meneror Jakarta. 

Fokus
Teror Bom Buat Ahmad Dhani, Untuk Apa?
Ia pernah dituduh agen Yahudi. "Itu fitnah, saya bukan agen Yahudi. Saya agen kopi."
Jum'at, 18 Maret 2011, 00:09 WIB

Jakarta kembali diteror paket bom. Hanya selang sehari, paket buku berisi bom berdaya ledak ringan itu kembali ditemukan. Kali ini giliran pendiri grup musik Dewa 19, Ahmad Dhani, yang menerima bom yang dikemas dalam paket buku berjudul: Yahudi Militan.

Sekitar pukul 12.00 WIB, Kamis 17 Maret 2011, paket bom itu diledakkan tim Gegana Polda Metro Jaya di depan Kantor Republik Cinta Manajemen, Jalan Pinang Perak III, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ledakan terdengar hingga radius 200 meter, atau sampai ke wilayah mal Pondok Indah 1.

Sebenarnya, paket mencurigakan ini diterima anak buah Dhani pada hari yang bersamaan saat tiga paket bom lainnya, Selasa 15 Maret 2011, sekitar pukul 09.30 WIB. Tapi anak buah Dhani belum membuka isinya, dan sempat menginapkan paket bahaya itu di dalam kantor perusahaan yang membawahi sejumlah artis itu.

Tak ingin ambil risiko, pegawai Dhani yang curiga langsung menelepon polisi. Apa yang membuat Ahmad Dhani mencurigai paket itu? "Jadi ketika dibuka, sampul bukunya agak lengket. Setelah itu, karena curiga akhirnya menelepon polisi," kata Kepala Unit Serse Polsek Kebayoran Lama, Inspektur Satu Polisi Prayitno, saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 17 Maret 2011.

Buku nyang lengket dan sulit dibuka itu berciri persis dengan paket buku yang ditujukan untuk pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur.

Malangnya, bom untuk Ulil itu meledak dan melukai tiga orang. Satu polisi luka parah sehingga harus diamputasi sampai setengah lengan. Dua paket lainnya berhasil dijinakkan Gegana. Dua paket itu ditujukan kepada Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Gories Mere di kantornya, Jakarta Timur. Paket ketiga di kediaman Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Paket yang ditujukan untuk Dhani juga tertera nama pengirim, seperti yang paket bom untuk Ulil. Paket untuk Dhani dikirim oleh Alamsyah Muchtar, S.Sos, alamat Jalan Dermaga 21, Bogor, Jawa Barat. Alamat si pengirim dipastikan fiktif. "Sejauh ini kami tidak pernah mendengar nomor 21, yang ada hanya nomor 22, 23 dan 24," kata Ujang, ketua RT setempat.

Sedangkan pengirim bom untuk Ulil juga beralamatkan di Bogor. Hingga kini, alamat si pengirim bom untuk Ulil belum juga ditemukan. Diduga kuat, fiktif.

Kemiripan lain bom untuk Dhani dengan Ulil adalah modus pelaku dan komponen bom. Untuk modusnya, si pelaku meminta Dhani untuk mengisi kata pengantar buku berjudul Yahudi Militan.

"Jadi ada surat sama bukunya. Di covernya itu tertulis Yahudi Militan. Surat itu meminta saya untuk bikin kata pengantar," kata Dhani saat ditemui di kantor Republik Cinta Manajemen, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2011.

Namun, ada sedikit perbedaan dibanding Ulil. Sebelum menerima paket bom ini, Dhani mengaku mendapat ancaman lewat Twitter. "Di Twitter saya diancam. Nama akunnya Mayla siapalah itu. Dia tulis: 'lihat aja besok lu terima hadiah dan kejutan'," kata Dhani. Awalnya, Dhani tidak menanggapi ancaman di Twitter ini. Karena dia yakin, akun Twitter itu palsu.

Menurut Dhani, judul buku itu memang bisa menarik minat orang yang menjadi sasaran bom. Ia mengaku pernah dituduh sebagai agen Yahudi. Tapi mantan suami dari artis Maia Estianty ini membantah keras. "Itu fitnah, saya bukan agen Yahudi. Saya agen kopi." ucapnya.

Polisi masih menelusuri adanya kemungkinan tiga paket bom itu dikirim kurir yang sama. Dugaan ini muncul mengingat ada jeda waktu yang cukup lama ketika paket itu sampai ke lokasi. Hingga kini, sudah 20 saksi yang dimintai keterangan terkait tiga paket bom buku itu. Di antaranya karyawan Kantor Berita Radio 68 H, petugas keamanan di gedung BNN dan petugas keamanan di rumah Japto.

Kepolisian Daerah Metro Jaya terus menyempurnakan sketsa wajah kurir paket bom buku di semua lokasi. "Saat ini petugas masih mengumpulkan informasi dari saksi, makanya sketsa wajah belum selesai," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, di Jakarta, Kamis 17 Maret 2011.

Tapi apa dugaan motif paket bom untuk Ahmad Dhani? Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Ansyad Mbay, menduga pengiriman bom kepada Dhani itu tak lepas dari rekam jejak Dhani.

Dhani tercatat pernah dikecam terkait simbol band Dewa yang dinilai menghina simbol agama tertentu. "Bisa saja, ini kan kita bisa membangun teori itu dari mana, apa kiprah orang ini, yang dalam kiprahnya siapa yang tidak senang, memusuhi dia," kata Ansyad saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 17 Maret 2011.

Ansyad menduga, ketiga orang yang dikirim paket sebelumnya itu dinilai bertentangan dengan faham para pengirim bom. Japto dinilai sebagai simbol pengusung ideologi Pancasila yang ditentang oleh kelompok teroris. "Kalau Gories dan Ulil itu posisinya seperti apa kita sudah tahu lah," kata dia.

Menurut Ansyad, pelaku teror pengiriman bom ini adalah pelaku lama. "Ya dari kelompok yang biasa melakukan teror bom," kata dia. BNPT menduga masih ada paket bom yang akan dikirimkan kepada sasaran yang telah ditentukan.

Namun, BNPT tak bisa menentukan siapa saja yang menjadi sasaran itu. Yang jelas, kata dia, saat ini, BNPT telah bergerak melakukan upaya pengungkapan secara tuntas terhadap teror bom ini. "Densus 88 sudah turun dan kita tunggu saja hasilnya," kata dia.

Masih ada paket lainnya? Informasi yang diterima VIVAnews.com di kepolisian, memang disebut ada paket sejenis hingga berjumlah 44 paket. Informasi itu diterima VIVAnews.com sejak kemarin, Rabu 16 Maret 2011.

"Apakah sudah dikirim atau belum, itu belum bisa dipastikan," kata sumber VIVAnews.com di kepolisian. Tapi, isu ini keburu dibantah keras Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo. "Tidak ada," kata Timur di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis 17 Maret 2011.

Kapolri mengakui ada modus baru dalam teror bom yang ditujukan kepada perorangan akhir-akhir ini. Timur belum bisa menjelaskan maksud pernyataan Ansyad Mbai. Apakah pelaku merupakan 'pemain lama' atau masih terkait jaringan teroris Noordin M Top? "Kita jangan menduga-duga dulu. Ini modus baru. Kita perlu melakukan langkah-langkah lebih cermat," ujar Timur.

Hanya saja, kata dia, salah satu ciri khas pelaku yakni mengirim paket menggunakan kurir. "Itu yang memang sedang kami periksa secara lebih cermat kurir-kurir tadi yang memang jadi target kami," ucapnya.


Kapolda Selidiki Percetakan Buku Berisi Bom
Jika ada laporan bom seharusnya kantor polisi menghubungi Gegana.
Kamis, 17 Maret 2011, 23:34 WIB

Kapolda Metro Jaya, Irjen Sutarman, mengakui tidak ada koordinasi dalam penanganan bom di Utan Kayu. Kepolisian mempunyai prosedur tetap jika ada laporan ancaman bom, maka kantor polisi seharusnya segera menghubungi Gegana.

"Jadi kemarin memang masih ada mis [koordinasi] di sana pada saat itu. Mungkin saat itu dianggapnya bukan bom di Utan Kayu" ujarnya di Jakarta, Kamis, 17 Maret 2011.

Ia akan memanggil pihak yang terkait, termasuk Kapolsek dan satpam yang terluka, untuk mengetahui bagaimana langkah yang dilakukan dalam menangani bom. Sedangkan korban luka parah Kompol Dodi Rahmawan belum bisa dimintai keterangan.

"Kami masih menunggu lebih lanjut pada saat menyiram itu kan dia menelepon, yang dia telepon itu siapa, Gegana atau bukan, makanya kami sedang telusuri kesana" ujarnya.

Sutarman juga mengatakan Kepolisian telah membuat sketsa wajah kurir pengantar paket bom buku di empat lokasi. Namun sketsa itu belum disebar karena masih dalam proses penyelidikan.
"Biar nanti tidak bias," ujarnya.

Menurut Kapolda, sketsa wajah kurir dibuat berdasarkan keterangan dari empat lokasi yaitu Utan Kayu, Badan Narkotika Nasional, rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto S. Soerjosoemarno, dan Ahmad Dhani. Jika dari empat lokasi itu mempunyai kemiripan, maka paket bom itu dikirim oleh satu orang, namun jika tidak, maka kurirnya berbeda-beda.

Saat ini, Kepolisian masih terfokus untuk pengumpulan barang bukti dan pemeriksan saksi-saksi termasuk di kantornya Ahmad Dhani.

Ia juga menghimbau kepada percetakan yang mencetak sampul buku seperti yang dikirimkan agar melapor ke polisi. "Kami akan mengejar kearah sana untuk mengungkap pelaku" ujarnya.


Pamflet 'Buron Mujahidin' Jadi Petunjuk Bom
Isi selebaran: "Buronan Mujahidin: Peter Golose, Gories Mere, Guntur Romli."
Kamis, 17 Maret 2011, 18:44 WIB

Polisi masih terus mengusut siapa dalang pengiriman paket buku-bom yang dikirimkan ke sejumlah alamat. Semua petunjuk digunakan, termasuk selebaran yang beredar saat sidang Abu Bakar Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Nanti dipakai," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 17 Maret 2011.

Saat persidangan Ba'asyir di PN Jakarta Selatan pada 10 Februari 2011, beredar selebaran yang berbunyi: "Buronan Mujahidin: Peter Golose, Gories Mere, Guntur Romli. Dicari hidup atau mati."

Komjen Pol. Gories Mere saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional. Gories adalah mantan Kepala Densus 88 yang memimpin operasi perburuan terhadap sejumlah buron kasus terorisme, termasuk Dr. Azahari. Gories adalah salah satu orang yang dikirimi paket buku-bom.

Brigjen Pol. Petrus Golose adalah Direktur Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Adapun Guntur Romli adalah aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

Boy sendiri mengaku belum mengetahui kelompok mana yang berada di balik teror bom ini. Polisi juga belum mengetahui motifnya. "Kalau sudah ada faktanya akan disampaikan," kata dia.

Terkait selebaran itu, juru bicara Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)--organisasi di mana Ba'asyir adalah amirnya--Son Hadi menyatakan tak bertanggung jawab atas munculnya selebaran tersebut. Menurut dia, dalam persidangan Ba'asyir ada banyak kelompok yang menebar selebaran.

"Kalau selebaran itu kami tidak bertanggung jawab, kami tidak tahu. Kami kan lembaga resmi, JAT. Artinya, selebaran-selebaran kami bahkan ada contact person, ada alamat yang bisa dikonfirmasi," kata Son Hadi.

Son Hadi menambahkan, JAT tak bisa melarang orang untuk menghadiri persidangan Ba'asyir dan menyebarkan pamflet. "Kami tidak bisa mengontrol karena banyaknya orang. Kami tidak bisa membatasi, melarang orang menyebar-nyebarkan. Apa hak kami?" katanya. 

Ba'asyir Tuduh Paket Bom Buku Rekayasa Densus
"Saya tidak tahu apa-apa wong saya di penjara." Polri membantah tudingan Ba'asyir.
Kamis, 17 Maret 2011, 18:08 WIB

Sejumlah paket buku berisi bom dikirim ke beberapa alamat. Abu Bakar Ba'asyir menuding Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri berada di balikpaket bom itu.

"Itu hanya bikinan Densus 88 semua direkayasa agar seakan-akan aksi teror itu masih ada di Indonesia, agar nilai dolar turun" kata Ba'asyir saat ditemui di sel Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 17 Maret 2011.

Bom buku dikirimkan ke empat alamat berbeda, yakni aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla di Utan Kayu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Gorries Mere, Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto Suryasumarno, dan musisi Ahmad Dhani. Dari empat bom itu, satu meledak di Utan Kayu sebelum tim Gegana datang dan melukai tiga orang.

Sebelumnya sempat tersiar kabar pelaku bom buku adalah Fadli Sadama, seorang teroris yang sempat ditangkap di Aceh yang disebut-sebut sebagai jaringan Ba'asyir.

Baasyir sendiri membantah tuduhan itu. "Saya tidak tahu apa-apa wong saya di penjara," kata Ba'asyir.

Dikonfirmasi, Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar membantah tudingan Ba'asyir. "Densus tak mungkin melakukan rekayasa karena hal tersebut bertentangan dengan etika dan profesi," tegas Boy.

Terkait paket bom yang beredar ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menginstruksikan agar jajaran intelijen BIN, Kepolisian, dan TNI bekerja lebih keras mengungkap pelakunya. "Jangan berikan ruang apapun, kepada siapapun yang akan merobek keamanan yang sudah kita jaga," kata dia saat membuka sidang kabinet di Kantor Kepresidenan, Kamis 17 Maret 2011.

Menurut SBY, motif pelaku bom ini bisa bermacam-macam. "Saya juga dapat berita, SBY tidak bisa jaga keamanan," tambah dia. "Kalau nggak suka dengan saya jangan korbankan rakyat. Jangan mereka jadi korban."



http://radarjambi.blogspot.com/2011/03/maia-estianti-khawatir-bom-yang-di.html
.


.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar